Lokasi Anda saat ini adalah:PLN > Otomotif
Jemparingan Jadi Aset Wisata di Gedongkiwo
PLN2025-04-26 22:46:12【Otomotif】7rakyat jam tangan
Perkenalankeluaran 5d toto macau hari iniMenyediakan konten berita menarik dalam dan luar negeri yang komprehensif,Saat ini jemparingan menjadi salah satu olahraga tradisional yang tumbuh dan berkembang di kalangan togel hk bona
Saat ini jemparingan menjadi salah satu olahraga tradisional yang tumbuh dan berkembang di kalangan generasi muda. Banyak anak muda yang tertarik dan menggeluti jemparingan. Salah satunya Sanggar Jemparingan Honocoro yang berada di Kampung Gedongkiwo yang didirikan oleh anak muda yang akrab disapa Ki Surjan Lurik.
Ditemui disela-sela gladen jemparingan pada Minggu ( 21/2),togel hk bona Ki Surjan Lurik menuturkan Sanggar Honocoro berdiri sejak 21 Juni 2018. Selama ini mereka menggelar latihan di nDalem Condronegaran pada hari Rabu, Kamis, Jumat setiap sore dan khusus Minggu dari pagi sampai sore.
Dalam jemparingan dikenal istilah gladen ageng yakni peserta 300 orang, gladen alit selapanan dengan peserta 50 orang, gladen satria alit peserta anak TK-SD, gladen satria ageng peserta dari remaja usia SMP sampai lansia (di atas 50 tahun) dan jemparingan pasutri untuk suami istri.
"Selain latihan rutin Sanggar Honocoro juga membuka kursus jemparingan, bahkan bulan lalu kami memprivat seorang warga negara Kanada dalam kursus singkat sehari. Ke depan kami berharap bisa menjadi salah satu ikon wisata di Gedongkiwo dan sanggar ini bisa menjadi sekolah khusus jemparingan," kata Ki Surjan Lurik.
Ditemui secara terpisah, Lurah Gedongkiwo Supriyono menyampaikan Pemkot Yogyakarta mendukung dan siap mengembangkan jemparingan menjadi bagian dari pengembangan desa budaya dan kampung wisata melalui fasilitasi kegiatan. Selain itu, pihaknya juga melakukan pembinaan atlet jemparingan di wilayah secara terukur dan berkesinambungan.
Seperti diketahui pengetahuan dan ketrampilan memanah sudah ada sejak zaman nenek moyang, di mana panah merupakan salah satu dari senjata tradisional yang dikembangkan di Indonesia. Di era Sri Sultan Hamengku Buwono I membawa ketrampilan memanah ke dalam Kraton yang dikembangkan tidak hanya sebagai ketrampilan dalam berperang namun dimasukkan dalam pendidikan guna membentuk karakter ksatria yang kemudian dikenal dengan nama Jemparingan Gaya Mataram Yogyakarta.
Jemparingan ini dilakukan dengan posisi duduk bersila dan berpakaian tradisonal dengan sasaran berupa bandul (wong-wongan) yang berjarak sekitar 30 meter. Filosofi dalam jemparingan adalah pamenthanging gandewa pamenthenging cipto yang diartikan bahwa pemanah membidik sasarannya dengan menggunakan hati bukan mata. Hal ini untuk melatih mata hati sehingga pada saat beribadah hati akan tertaut dengan Tuhan Yang Maha Esa. (Ant)
Besar!(522)
Artikel sebelumnya: 156 Jamaah Haji Kota Yogyakarta Pulang dengan Selamat
Artikel selanjutnya: Siagakan Satpol PP Yogya Patroli Surat Keterangan Sehat
Berita terkait
- PTM Dimulai Sekolah Harus Munculkan Inovasi Pembelajaran
- Ribuan Jamaah Ikuti Gema Sholawat Peringatan Maulid Nabi
- Pemkot Yogyakarta Terima Kunjungan Pemkot Banjarbaru
- Pemkot Jaring Masukan Penataan Seni Budaya Malioboro
- GoBills Mudahkan Pedagang Bayar Retribusi
- Sensus Penduduk Lanjutan Sasar 8.800 Rumah Tangga Yogya
- Taman Serambi Surga Alternatif Wisata di Sekitar Malioboro
- Cerita Tiga Srikandi Muda Masa Kini yang Harumkan Kota Yogyakarta
- Gerakan ‘Mbah Dirjo’ Mampu Kelola 64 Ton Sampah Organik
- Akhir Ramadan, Wawali Tetap Giatkan Tarawih dengan Masyarakat
Berita hangat
Rekomendasi berita
Genap Dua Tahun Pimpin Yogyakarta, Haryadi – Heroe Ajak OPD Jaga Kekompakan
Pemkot Malang Belajar Tata Ruang Kota Yogya
Layanan Prima Pekerja Sosial Sajikan Data yang Akurat
Melalui Teras Malioboro PKL Bisa Jadi Trade Mark
Masyarakat Rasakan Manfaat Gandeng Gendong Rintisan Haryadi-Heroe
Wawali Pantau Kegiatan Natal di Gereja Kotabaru
Bukittinggi Pelajari Aksi Pengendalian Inflasi di Kota Yogya
Pembinaan Calon Sekolah Adiwiyata di Kota Yogya